اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Allaahumma innii as-aluka 'ilman naafi'an, wa rizqon thoyyiban, wa 'amalan mutaqobbalan.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.
HR. Ibnu As-Sunni dalam 'Amalul Yaum wal Lailah, no. 54 dan Ibnu Majah 925. Isnadnya hasan menurut Abdul Qadir dan Syu'aib Al-Arna'uth dalam tahqiq Zad Al-Ma’ad 2/375.
Keterangan:
Dari Ummu Salamah radliallahu 'anha, beliau mengatakan: "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah salam shalat subuh, beliau membaca: (dzikir di atas). (HR. Ahmad 6/322, Ibnu Majah 925, dan dishahihkan al-Albani).
Waktu subuh merupakan permulaan hari bagi seorang muslim. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengawali pagi hari beliau dengan memohon kepada Tuhannya tiga hal: ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.
Mengapa tiga hal ini? Karena tigal hal ini merupakan kunci kebutuhan hidup manusia.
1.Ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu yang menjadi panduan seseorang untuk melaksanakan amal wajib atau anjuran, baik terkait dengan aqidah, ibadah, maupun muamalah. Demikian penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/141. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengawali doa di atas dengan meminta ilmu yang bermanfaat, karena dengan bekal ilmu, seseorang bisa membedakan antara yang halal dan yang haram. Dengan ilmu orang bisa membedakan mana amal shaleh dan mana amal yang kelihatannya shaleh.
2.Rizki yang halal.
Dengan rizki yang halal, manusia bisa menjalani kehidupan dunianya dengan baik. Karena manusia hidup butuh nutrisi. Agar nutrisi ini tidak menjadi bahan pertanyaan di hari kiamat, nutrisinya harus berupa makanan yang halal. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta rizki yang halal sebelum amal yang diterima. Karena syarat doa seseorang bisa diterima adalah rizkinya halal.
3.Amal yang diterima.
Syarat amal diterima ada tiga:
-Pelakunya mukmin. Karena amal orang kafir tidak diterima.
-Dilakukan dengan ikhlas. Amal yang dilakukan untuk tendensi dunia atau pujian orang lain tidak akan diterima.
-Sesuai petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tanpa ini, amal seseorang tidak akan dinilai.
Sumber: Hisnul Muslim
Baca Juga : Mengharukan,Kisah kesitaan suami kepada istri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar